LANAVIANI – Jika berbicara tentang saham, mungkin sebagian dari kita langsung berpikir tentang investasi beresiko tinggi yang dapat membuat kita rugi banyak bahkan dapat membuat orang jatuh bangkrut. Tidak jarang kita melihat orang-orang di sosial media tentang kerugian mereka dalam berinvestasi saham. Bisa dari berinvestasi langsung, melalui jasa konsultan, atau rugi setelah membeli Reksadana Saham yang dikelola oleh Manajer Investasi. Tidak hanya itu, mungin kita sudah beberapa kali mendengar nasehat dari orang-orang sekitar untuk supaya hati-hati atau bahkan menghindari dari berinvestasi saham. Tetapi ada juga cerita dari orang-orang yang sukses dalam berinvestasi saham seperti Pak Lo Kheng Hong dan Warren Buffet. Dua sisi cerita itu mungkin akan membuat kita menjadi maju mundur untuk berinvestasi saham.
Banyak pemula yang takut dalam berinvestasi saham karena
belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dapat mengerti sekian banyak
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Tentunya dari sekian banyak
perusahaan ada perusahaan yang memang pondasi bisnisnya kokoh, ada perusahaan
kecil yang sedang berkembang menjadi perusahaan besar, ada perusahaan kecil
yang labanya belum stabil, dan ada juga perusahaan yang bisnisnya sudah mau
bangkrut dan masih banyak lagi. Mngkin itu akan membuat kita menjadi takut
salah memilih perusahaan. Bagaimana cara sederhana dan aman berinvestasi saham
bagi pemula?
Kita bisa melihat sejarah kenaikan harga IHSG(Indeks Harga
Saham Gabungan). Apa itu IHSG? IHSG adalah cerminan dari rata-rata kenaikan dan
penurunan seluruh saham di Indonesia. Jika kita melihat sejak dari tahun 2000
sampai tahun 2019, IHSG sudah naik lebih dari 900%. Jika melihat dari trend
jangka panjang, kenaikan harga saham di Indonesia sudah dapat dikatakan luar
biasa. Bahkan, bisa dibilang IHSG adalah salah satu Indeks Saham yang
kenaikannya paling tinggi di antara Indeks-Indeks Saham negara lain di dunia. Semua
Indeks Saham di dunia pada dasarnya terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan
dari produktifitas perdagangan dan transaksi bisnis di dunia. Tetapi, masih ada
juga saat-saat tertentu dimana Indeks Saham turun misalnya seperti pada saat Krisis
Moneter tahun 1998 dan saat Pandemi Covid-19. Tetapi jika kita melihat jangka panjang,
sejauh ini Indeks Saham selalu bangkit dan harganya terus naik. Bahkan Pasar Modal
Indonesia dapat dibilang sebagai salah satu Pasar Modal yang pertumbuhannya
paling pesat. Bagaimana bisa ada orang rugi besar di Investasi Saham?
Penyebabnya ada bermacam-macam, tetapi secara garis besar
biasanya ada 2 hal yaitu salah memilih saham yang tidak berkualitas dan memilih
saham yang bagus tetapi kurang sabar. Bagaimana cara supaya tidak salah dalam
memilih saham dan sekaligus bisa tetap tenang dan sabar jika saham yang kita
beli rugi?
Indeks Saham Indonesia trend jangka panjangnya selalu
bertumbuh naik. Di Indonesia kita bisa berinvestasi ke Indeks Saham yang isinya
kumpulan saham dari perusahaan terbesar yang mempunyai fondasi bisnis yang
kokoh salah satunya yaitu Indeks IDX30. IDX30 berisikan 30 saham perusahaan
terbuka dengan fondasi bisnis yang kokoh serta volume transaksi jual beli saham
yang tinggi. Contohnya seperti BCA, BRI, Indofood, Gudang Garam, Unilever, dan
masih banyak lagi. Untuk kita yang masih pemula dan bingung memilih saham yang mau
kita beli, IDX30 bisa menjadi pilihan yang relatif aman. Apakah IDX30 sudah
pasti aman dan harganya tidak mungkin turun?
Namanya membeli saham pasti ada naik turunnya. Indeks Saham
apapun juga pasti ada fluktuasi naik turunnya. Akan tetapi, setidaknya kita
sudah mengetahui jika secara historis Indeks Harga Saham Gabungan terus
bertumbuh naik seiring dengan naiknya industri perdagangan dan dunia bisnis di Indonesia.
Dapat dibilang, dengan membeli IDX30 kita dapat meminimalisir resiko dalam
berinvestasi saham. Setidaknya kita tidak akan membeli saham dari perusahaan
yang tidak jelas atau perusahaan yang sudah mau bangkrut.
Satu cerita menarik dari Warren Buffet, pada tahun 2008
Warren Buffet pernah mengajak semua Fund Manager untuk taruhan. Jika imbal
hasil dana yang dikelola oleh Fund Manager tidak akan bisa mengalahkan kenaikan
harga Indeks Saham S&P 500. Taruhan berlangsung sekitar 10 tahun dan Warren
Buffet memenangkan taruhan itu. Performa investasi para Manager Investasi
tersebut kalah telak dari performa Indeks S&P 500. Dengan rutin mencicil
membeli Indeks Saham, kita sebagai orang awam atau pemula sekalipun bisa
mengalahkan kinerja para Investor Profesional.
Di Indonesia sendiri sudah ada banyak Indeks Saham selain
IDX30 yaitu LQ45, IDX80, Bisnis-27, JII(Jakarta Islamic Index), atau masih
banyak lagi. Setiap indeks mempunyai kriterianya yang berbeda. Misalnya JII
atau Jakarta Islamic Index yang berisikan 30 Saham Syariah yang mempunyai
kinerja keuangan yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi. Berinvestasi
pada indeks juga akan secara otomatis memecah resiko ke beberapa saham
sekaligus. Misalnya ketika Saham Pertambangan harganya sedang jatuh,
kerugiannya dapat tertolong karena Saham Perbankan seperti BRI, BCA harganya
sedang naik. Jadi dengan membeli indeks secara tidak langsung kita melakukan
diversifikasi dalam berinvestasi saham. Bagaimana cara membeli Indeks Saham?
Kita dapat membeli indeks dengan 2 cara yaitu Reksadana Indeks
dan ETF Indeks. Kita dapat membeli Reksadana Indeks dan ETF Indeks di agen
penjual Reksadana atau Sekuritas seperti Bibit, Bareksa, Ajaib, Indo Premiere,
Dan masih banyak lagi.
Sebelum kita berinvestasi saham, pastikan jika kita
berinvestasi menggunakan uang dingin. Indeks Saham juga mempunyai fluktuasi harganya
sendiri dan tidak menjamin jika kita akan mendapat keuntungan dalam jangka pendek.
Tetapi, kita dapat melihat berdasarkan sejarah trendnya bakal terus naik dalam
jangka panjang.